Artikel Kesehatan
Feb 20, 2018

Penyakit Difteri

Penyebab bakteri Corynebacterium diphteriae

Penyebaran melalui kontak langsung media atau udara yang terkontaminasi bakteri. Contoh : cairan dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi, dari jari-jari atau handuk  atau dari susu yang terkontaminasi bakteri.

Merupakan infeksi bakteri yang menyerang lapisan (membran mukosa) dari tenggorokan dan hidung. Bakteri tersebut mengeluarkan racun/zat toksin yang meluas ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan menyebabkan komplikasi seperti miokarditis (radang selaput jantung), kelemahan otot dan gagal ginjal.

Mampu menularkan difteri sampai dengan 6 minggu setelah infeksi awal.

Di negara miskin/berkembang di mana angka kesuksesan vaksin difteria masih sangat rendah, difteri bisa jadi merupakan suatu penyakit berbahaya.

Dapat dicegah dengan vaksin.

Gejala  :

  • Demam dan menggigil
  • Sulit bernapas dan menelan
  • Kelenjar bengkak di leher
  • Batuk
  • Sakit tenggorok
  • Kulit kebiruan
  • Berliur
  • Lapisan tebal putih terbentuk  menutupi belakang kerongkongan

Pemeriksaan fisik

  • Riwayat penyakit
  • Gejala
  • Lapisan abu-abu putih di tenggorok

Pemeriksaan laboratorium

  • Swab jaringan

Pengobatan Difteri

  • Perawatan isolasi di RS
  • Pemberian obat injeksi antitoksin
  • Pemberian obat antibitiok
  • Simptomatik

Vaksin pada anak dan dewasa :

  • 2-4-6-18 bulan – (4-6) tahun atau
  • 2-3-4-18 bulan – SD kelas 1
  • Usia <5 tahun → DPT
  • Usia 5-7 thn → vaksin DT
  • Usia > 7 tahun → vaksin Td atau Tdap yang melindungi terhadap tetanus, difteri dan pertusis harus diulang setiap 10 tahun sekali.
  • Pada orang dewasa (19 tahun ke atas) mendapatkan jenis vaksin tetanus, difteri (Td)
  • Pada wanita hamil baru boleh divaksin pada waktu trimester 2 atau trimester 3.
  • Dosis TD pada ibu hamil sama dengan orang dewasa lainnya yaitu 0,5 ml.

Kontraindikasi vaksin pada anak  :

  • Anak sakit disertai panas tinggi, pemberian vaksin setelah anak sembuh dari sakit. Pada sakit ringan tanpa demam vaksinasi dapat diberikan.
  • Anak yang pernah mendapat reaksi alergi berat setelah vaksinasi pertama kali dengan DPT, tidak diperbolehkan mendapatkan vaksinasi selanjutnya.
  • Kejang atau pingsan segera setelah vaksinasi dengan DPT
  • Anak menangis keras dan terus menerus selama > 3 jam setelah vaksinasi .

Efek samping setelah pemberian vaksin :

  • Demam
  • Kemerahan dan sedikit bengkak pada tempat suntikan
  • Rasa sakit pada tempat suntikan
  • Rewel
  • Nafsu  makan berkurang
  • Muntah

ORI (Outbreak Response Imunization)

Jika dalam 1 kawasan sudah status KLB (ditemukan 1 kasus difteri) maka semua anak usia 1-19 tahun harus mendapat ORI sebanyak 3 kali, yaitu interval 0-1-6 bulan.  Tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.

Tetapi apabila tidak di daerah ORI maka imunisasi sesuai program pemerintah.

Data terbaru dari Kementrian Kesehatan Desember 2017, menunjukkan bahwa wabah difteri sudah tersebar di 20 provinsi dan 95 kabupten kota. Imunisasi serentak sudah dilakukan sejak 11 Desember 2017 di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Prevalensi kasus difteri dan kepadatan penduduk di tiga provinsi cukup tinggi.

ORI akan memberikan vaksi dengan ketentuan DPT-HB-HiB bagi usia 1-5 tahun, DT usia 5 tahun sampai 7 tahun, serta TD usia 7 sampai 19 tahun.

Source : Healthline.com;wikipedia.org; pikiran-rakyat.com

 

 

 


×